Pemilu 2024 di Indonesia saat ini akan menjadi momen penting dalam sejarah demokrasi negara ini. Selain menentukan siapa yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan, Pemilu 2024 juga akan menjadi ajang uji coba dan dampak teknologi terkini dalam proses pemilihan.
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern, termasuk dalam bidang politik. Namun, apa saja dampak yang akan ditimbulkan oleh teknologi terkini dalam Pemilu 2024? Untuk itu, di bawah ini adalah lima dampak yang perlu anda diantisipasi.
Kelima Dampak Teknologi Terkini dalam Pemilu 2024
- Teknologi sebagai Mesin Utama Kampanye Politik
Salah satu dampak yang paling terlihat dari teknologi dalam Pemilu 2024 adalah perubahan cara kampanye politik. Jika pada pemilu-pemilu sebelumnya, kampanye politik masih banyak mengandalkan media konvensional seperti spanduk, baliho, poster, dan pertemuan tatap muka, maka pada Pemilu 2024, kampanye politik akan semakin beralih ke media digital seperti website, media sosial, aplikasi, dan platform online lainnya.
Pada Intinya, teknologi akan menjadi mesin utama kampanye politik dalam Pemilu 2024. Para calon presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif harus mampu memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka kepada pemilih.
Selain itu, mereka juga harus mampu berinteraksi dengan pemilih secara langsung, responsif, dan personal melalui media digital. Hal ini akan meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pemilih terhadap calon yang mereka dukung.
- Pengaruh Media Sosial dan Opini Publik
Dampak lain dari teknologi dalam Pemilu 2024 adalah pengaruh media sosial dan opini publik terhadap pilihan politik pemilih. Media sosial merupakan salah satu media digital yang paling populer dan paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Menurut data dari We Are Social dan Hootsuite, pada tahun 2020, jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 160 juta jiwa, atau sekitar 59,7% dari total populasi. Sosmed saat ini yang paling banyak digunakan adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram dan X (Twitter).
Pada Intinya, media sosial dan opini publik akan memiliki pengaruh yang besar terhadap Pemilu 2024. Para calon presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif harus mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk membangun citra, reputasi, dan popularitas mereka di mata pemilih.
Selain itu, mereka juga harus mampu mengelola dan mengatasi isu-isu politik yang muncul di media sosial, baik yang mendukung maupun yang menyerang mereka. Hal ini akan menentukan kesuksesan atau kegagalan mereka dalam meraih suara pemilih.
- Tantangan Keamanan Siber
Keamanan siber adalah upaya untuk melindungi sistem, jaringan, dan data dari serangan siber yang dapat merugikan individu, organisasi, atau negara. Ancaman siber memiliki potensi untuk menghancurkan reputasi, menimbulkan dampak finansial yang merugikan, bahkan mengancam kestabilan keamanan nasional.
Oleh karena itu, memahami esensi keamanan siber dan cara di mana bisnis dapat mengamankan diri dari serangan daring menjadi suatu keharusan yang mendesak. Serangan siber dapat mengambil berbagai bentuk, seperti virus, malware, ransomware, phishing, denial-of-service, dan lainnya.
Pelaku serangan siber juga dapat berasal dari berbagai latar belakang, seperti peretas, kriminal, teroris, mata-mata, atau negara-negara saingan. Motivasi mereka dapat bervariasi, mulai dari mencari keuntungan, membalas dendam, menyebarkan ideologi, hingga mengganggu stabilitas.
- Mempercepat Proses Pemungutan dan Penghitungan Suara
Salah satu dampak positif teknologi dalam pemilu 2024 adalah mempercepat proses pemungutan dan penghitungan suara. Dengan menggunakan e-voting, pemilih dapat memberikan suaranya secara online melalui aplikasi atau website yang telah disediakan oleh KPU. E-voting ini dapat mengurangi biaya logistik, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mendistribusikan dan mengumpulkan surat suara.
Selain itu, e-voting juga dapat mengurangi potensi kecurangan, seperti pemalsuan, penggelembungan, atau penghilangan surat suara. E-recapitulation dan e-counting adalah teknologi yang digunakan untuk menghitung dan merekapitulasi suara secara otomatis dan real time.
E-recapitulation adalah proses pengiriman data hasil penghitungan suara dari tingkat TPS ke tingkat atas secara elektronik. E-counting adalah proses penghitungan suara secara elektronik dengan menggunakan mesin pemindai atau kamera. Teknologi ini dapat mempercepat proses penghitungan dan merekapitulasi suara, serta mengurangi kesalahan manusia dan manipulasi data.
- Menimbulkan Tantangan Teknis dan Operasional
Meskipun memiliki banyak manfaat, teknologi dalam pemilu 2024 juga menimbulkan tantangan teknis dan operasional yang harus diatasi. Salah satu tantangan teknis adalah menjamin keamanan, reliabilitas, dan integritas sistem teknologi yang digunakan.
Sistem teknologi harus mampu mencegah dan mengatasi serangan siber, gangguan jaringan, kesalahan perangkat, dan sabotase yang dapat mengancam proses pemilu. Sistem teknologi juga harus mampu mengidentifikasi dan mengautentikasi pemilih, serta melindungi kerahasiaan dan keabsahan suara.
Salah satu tantangan operasional adalah menyiapkan sumber daya manusia, infrastruktur, dan anggaran yang memadai untuk mengimplementasikan teknologi dalam pemilu 2024. Sumber daya manusia yang dibutuhkan antara lain adalah petugas pemilu, penyelenggara pemilu, pengawas pemilu, dan tenaga IT yang terlatih dan profesional.
Infrastruktur yang dibutuhkan antara lain adalah perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan server yang memenuhi standar teknis dan keamanan. Anggaran yang dibutuhkan antara lain adalah untuk pengadaan, pengembangan, pengujian, pemeliharaan, dan evaluasi sistem teknologi.